Sumber :
Giring Pelajar Jadi Pemikir, Bukan Pekerja
Giring pelajar jadi pemikir dan bukan lagi menggiring pelajar untuk jadi pekerja. Untuk itu para siswa harus dibiasakan menguasai konsep agar dengan pemikirannya sendiri mampu menemukan jawaban dari persoalan yang dihadapi atau bahkan mencari rumus sendiri dari materi belajarnya.
Dosen FMIPA Universitas Riau, Dr Mashadi MSi, mengemukakan hal tersebut usai menjadi nara sumber pada simposium Sains dan Pendidikan di Pekanbaru Riau, Sabtu baru-baru ini. Simposium ini berjalan dua hari diikuti para guru yang mewakili berbagai daerah di Riau.
Menurut Mashadi, fakta anggapan bahwa matematika dan fisika menjadi momok yang menakutkan siswa adalah kenyataan yang terjadi di lapangan. Artinya amat jarang guru yang bisa meyakinkan muridnya bahwa kedua pelajaran itu merupakan pelajaran yang menyenangkan atau di nikmati. Akibatnya belum tercipta budaya untuk menjadikan pelajaran itu sebagai pelajaran favorit, setidaknya tidak menakutkan.
Kenyataan ini menjadi kendala tersendiri ketika menjadikan murid harus belajar atau mengerjakan soal dalam olimpiade fisika karena para siswa harus sudah berbekal penguasaan materi, menguasai konsep, dan mengembangkan pemikirannya. Jika bisa malah mereka sudah bisa menemukan rumus sesuatu.
Selama ini, katanya, banyak guru yang menguasai materi pelajaran saja masih kurang. Ia membandingkan guru di Jepang yang lulus perguruan tinggi baru mengambil pendidikan guru untuk menguasai metodeologi mengajar. Artinya guru tersebut menguasai ilmu juga menguasai teknik mendidik.
Tanpa menguasai materi ini jangan harap guru matematika atau fisika menggiring murid jadi pemikir, karena untuk dirinya sendiri pun bisa belum mampu menguasai konsep suatu pelajaran, apalagi sampai bisa menemukan rumus atau terik baru dari materi ajarnya.
Menyadari hal tersebut para guru matematika atau fisika disarankan untuk mau mengubah cara ajar dan menempatkan siswa bukan sebagai orang yang mengekor pada dirinya. “Siswa harus digiring jadi pemikir, bukan pekerja. Bimbing siswa untuk menguasai konsep dan biarkan mereka menemukan jawab atau bahkan rumus sendiri atas materi ajarnya,” kata Mashadi.
Ia berpendapat bahwa tidak selamanya pelajar dari sekolah favorit atau unggulan juga menguasai konsep. Buktinya tidak semua peserta olimpiade fisika juga dari sekolah unggulan.
“Saya percaya banyak mutiara terpendam yang selama ini belum diasah atau belum ditemukan,” katanya. Sebab yang mendasari karena selama ini siswa tidak diajar untuk cermat menganalisa masalah sampai menguasai konsep, apalagi sampai mampu membimbing untuk menemukan siswa rumus.
Para guru pada simposium itu pun mengakui bahwa bentuk pertanyaan yang ada pada olimpiade fisika amat berbeda dengan bentuk pertanyaan yang diajarkan di sekolah, padahal jawab atau konsep dari rumusnya sama, namun materi uraian atau cara jawabnya berbeda.
Mashadi meminta para guru untuk memiliki kemauan kuat untuk mendidik tidak dengan menutup kreativitas atau tumbuh kembang intelektual murid. Setidaknya bisa memperbarui metode mengajarnya dan menempatkan siswa sebagai subyek masa depan yang mampu jadi pemikir, bukan sekedar pekerja. (Tbt/l)
|